Sudah menjadi kebiasaan bahwa bisnis yang dibangun oleh setiap entrepeneur akan sangat bergantung kepada diri entrepreneur itu sendiri. T...
Sudah menjadi
kebiasaan bahwa bisnis yang dibangun oleh setiap entrepeneur akan sangat
bergantung kepada diri entrepreneur itu sendiri. Tidak bisa dilepaskan warna
bisnis mereka dengan para pendiri. Pada akhirnya, itu akan membentuk budaya
yang ada dalam perusahaan. Jadi, tidak bisa budaya perusahaan dibuatkan oleh
orang lain, apalagi meniru begitu saja budaya dari perusahaan lain.
Hal ini terasa sekali
ketika saya memberikan konsultasi kepada salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang fashion di Kota Bandung. Bagaimana perusahaan ini harus memiliki budaya
yang kuat. Itu menjadi tantangan tersendiri dalam memberikan konsultasi kepada
ownernya.
Selalu saya tekankan
bahwa jangan pernah membuat budaya perusahaan yang dengan gampang meniru budaya
perusahaan orang lain. Pada awalnya memang mudah dan simple dalam meniru budaya
perusahaan lain. Padahal, pilihan ini salah besar dan tidak akan berdampak
kedalam perusahaan. bahkan sebaliknya, bisa saja akan membuat perusahaan
entrepreneur menjadi rugi ketika semua orang tidak menjalankan budaya ini.
Kenapa demikian?
Karena budaya yang terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan dalam perusahaan,
kebiasaan dalam perusahaan, bahasa yang digunakan dalam perusahaan serta
komunikasi yang dijalankan dalam perusahaan bukanlah berasal dari apa yang ada
di perusahaan, tetapi berasal dari “copy – paste” dari perusahaan lain yang
pastinya memiliki perbedaan pada aspek lingkungan, bisnis dan lain-lain. Belum
lagi faktor pendukung untuk budaya tersebut seperti reward dan punishment yang
sangat menentukan berjalan atau tidaknya sebuah budaya di perusahaan. Selain
itu, juga berhubungan dengan policy, fasilitas pendukung dan lain-lain.
Oleh karena itu,
mulai lah dari diri setiap entrepreneur. Artinya, mulailah membuat budaya itu
dari nilai-nilai, kepercayaan, kebiasaan, bahasa dan cara berkomunikasi yang
dimiliki oleh setiap entrepeneur. Jelas, entrepreneur itu adalah orang yang
memiliki karakteristik yang kuat.
Khususnya adalah
karakteristik yang berhubungan dengan visi, kreativitas dan inovasi, jujur,
disiplin, bertanggung jawab, terbuka dan lain-lain. Hal ini menjadi dasar untuk
budaya yang ada sehingga akan memperkuat budaya perusahaan. selanjutnya, tentu
entrepreneur harus menyadari juga bahwa budaya yang ada dalam diri tersebut
harus langsung diterapkan dalam kehidupan bisnis sehari-hari.
Hal ini penting bagi
penciptaan budaya perusahaan yang kuat. Jangan terjebak dengan memaksakan
bawahan untuk menerapkan budaya perusahaan, sementara entrepreneur itu sendiri
tidak menjalankannya. Bagi saya, hal ini menjadi sia-sia. Kesannya membodohi
diri sendiri.
Dalam konteks ini,
diharapkan setiap entrepreneur perlu menggali nilai-nilai yang ada dalam diri,
dan menjalankannya setiap hari sehingga menjadi habit atau kebiasaan yang akan
juga dijalankan oleh karyawan. sudah menjadi dasar untuk habit yang ada dalam
perusahaan.
So… saatnyalah setiap
entrepreneur peduli dengan budaya perusahaan karena ini menjadi salah satu
dasar untuk membuat competitive advantage ditengah tingginya persaingan saat
ini……
Tulisan ada di www.strategidanbisnis.com