Sebagai seorang entrepreneur, tentu hal yang mendasar yang harus di perhatikan adalah perubahan lingkungan bisnis dan saat ini yang palin...
Sebagai seorang entrepreneur,
tentu hal yang mendasar yang harus di perhatikan adalah perubahan lingkungan
bisnis dan saat ini yang paling utama adalah perubahan lingkungan bisnis di
bidang ekonomi yang salah satu indikatornya adalah nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika yang pastinya sudah dua bulan ini menjadi semacan momok bagi
pelaku ekonomi termasuk para entrepreneur yang menjalankan bisnis.
Perhatian entrepreneur
memang diharapkan bisa lebih banyak kepada faktor nilai tukar mata uang rupiah
ini karena begitu cepatnya perubahan yang terjadi dan seolah-olah menjadi liar
karena pemerintah yang seolah-olah melihat faktor ekonomi global saja yang
selalu menjadi variabel yang membuat nilai tukar tersebut melemah. Setiap ditanyakan
tentang pelemahan ekonomi, rata-rata jawaban pemerintah adalah ekonomi global
yang memang ditunjukkan sebagai faktor yang memperlemah.
Akan tetapi, setelah
mendekati angka Rp. 14.000/dolar Amerika, barulah pemerintah terkesan panik
menghadapinya. Muncullah pernyataan-pernyataan yang bersifat normative,
seolah-olah pasar sudah tidak rasional, dan lain-lain. Permintaan pemerintah
kepada pelaku usaha agar menggunakan rupiah dalam setiap transaksi bisnis,
pemerintah akanmelakukan intervensi terhadap rupiah agar tidak semakin
terpuruk.
Tentu hal ini adalah
kebijakan yang ada di tangan pemerintah. Lalu, bagaimana dengan para
entrepreneur? jelas berbeda dengan tahun 1997 – 1998 dimana ekonomi Indonesia
juga “merasakan” begitu lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan membuat
ekonomi Indonesia memasuki krisis ekonomi yang luar biasa. Akan tetapi,
Alhamdulillah, rupiah bisa menguat kembali sampai ke Rp. 7000 an.
Ketika Rupiah semakin
melemah mendekati Rp. 14.000 dan bahkan kalau menembus Rp. 14.000, entrepreneur
akan di”hajar” dari berbagai penjuru mata angin, khususnya lingkungan bisnis
mereka. Suka tidak suka, entrepreneur yang sedang berkembang di Indonesia, akan
terus merasakan bagaimana ancaman meskipun ada peluang dari pelemahamn dolar
ini.
Supplier akan
terganggu karena sebagian besar bahan baku itu adalah impor. Lihat saja daging,
benang yang merupakan dua dari bahan baku untuk bisnis entrepreneur di sektor
kuliner dan fashion. Harganya akan naik. Dalam proses input barang dan output barang,
transportasi dengan biaya yang semakin meningkat karena pihak pengiriman
mengamali penambahan biaya.
Proses produksi akan
meningkat karena biaya listrik, air, telepon, biaya sparepart akan meningkat. Sementara,
pada tataran konsumen, daya beli konsumen semakin menurun karena lebih fokus
kepada pemenuhan kebutuhan pokok. Salah satu faktor utama bagi entrepreneur adalah
mereka belum mampu mencapai skala ekonomi…
Inilah ancaman bagi entrepreneur
ketika dolar melewati Rp. 14.000 dan entrepreneur “kudu” mulai menganalisis
setiap biaya perusahaan dan melakukan efisiensi terlebih dahulu…. Bagaimana dengan
anda?
Tulisan ada di www.strategidanbisnis.com